Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik

Pernahkah Anda menyesali keputusan yang Anda buat? Pernahkah keputusan yang Anda buat, alih-alih memberikan solusi malah menimbulkan masalah baru, atau merugikan orang lain, lingkungan, dan bahkan diri Anda sendiri? Saat Anda mengalami hal tersebut, Apa yang Anda rasakan? Apa yang Anda lakukan? Menurut Anda, mengapa seseorang mengambil keputusan yang kemudian disesalinya? Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (https://casel.org/core-competencies/). Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sesungguhnya adalah kemampuan yang jika secara konsisten dan berkelanjutan ditumbuhkan dan dibiasakan sejak dini, akan memungkinkan seseorang untuk bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan lebih berdaya lenting (resilience) dalam menghadapi segala konsekuensi yang harus dihadapi akibat keputusan yang dibuat dalam hidupnya. Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab tidak datang secara alami. Kemampuan ini perlu dengan sengaja ditumbuhkan. Seorang pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Untuk dapat melakukan hal tersebut seseorang perlu belajar bagaimana: 1. mengevaluasi situasi 2. menganalisis alternatif pilihan mereka, dan 3. mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Salah satu strategi sederhana yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab adalah dengan menggunakan kerangka yang disebut POOCH - Problem (Masalah), Options (Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau konsekuensi), Choices (Keputusan yang diambil). Kerangka sederhana ini akan membantu seseorang memikirkan dengan baik berbagai aspek sebelum memutuskan sesuatu. Mari kita membahas kasus Bapak Eling. Pada kasus terakhir, Bapak Eling merasa bahwa kinerjanya setelah beberapa tahun bekerja menjadi guru di sekolah tersebut semakin menurun. Dia pun berniat untuk menulis surat pengunduran diri. Mari kita coba menganalisis permasalahan Bapak Eling ini dengan menggunakan kerangka POOCH di bawah ini. Kita anggap, Bapak Eling yang mengerjakan lembar POOCH ini ya. 

PROBLEM / MASALAH 

Apa masalahnya? 

Apakah penyebabnya? 

Realita: Saya kurang bisa membagi waktu antara tugas mengajar dan mengerjakan tugas tambahan dari kepala sekolah 

Harapan: Saya terampil dalam membagi waktu antara tugas mengajar dan mengerjakan tugas tambahan dari kepala sekolah Analisis 

Penyebab: 

1. belum mampu menentukan prioritas 

2. ingin semua ada dalam kendali diri 

3. Belum memiliki keterampilan komunikasi untuk meminta bantuan 

4. Belum memiliki keterampilan komunikasi asertif untuk menolak tugas yang terus diberikan 

OPTIONS / ALTERNATIF PILIHAN 

Apa saja yang dapat dilakukan? 

1. Saya dapat mencari informasi tentang membuat skala prioritas (berkonsultasi dengan rekan, teman, atasan, belajar dari internet) 

2. Belajar percaya dengan mendelegasikan tugas kepada orang lain 

3. Belajar mengembangkan kemampuan komunikasi umum maupun asertif terhadap kepala sekolah 

OUTCOMES/ HASIL atau KONSEKUENSI 

Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi? (positif maupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain) 

Pilihan 1 

Negatif: menyediakan waktu lebih banyak dan kemauan untuk belajar dan berkurang waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain (keluarga, teman) 

Positif : dapat menentukan dan mengelola prioritas sehingga berguna bagi diri sendiri dan orang lain

Pilihan 2 

Negatif: meluangkan waktu untuk mengcoach rekan lain, orang lain mungkin merasa mendapatkan tambahan beban kerja, kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi diri 

Positif: membangun tim kerja yang lebih solid dan profesional 

Pilihan 3 

Negatif: kemungkinan terjadi kesalahpahaman atau konflik dengan rekan atau atasan 

Positif: mengembangkan kompetensi diri dan kinerja dapat meningkat, kontribusi yang lebih besar untuk sekolah 

CHOICES/ PILIHAN KEPUTUSAN 

Apa keputusan yang dapat diambil Setelah dipertimbangkan konsekuensi yang ada, maka saya akan mengambil pilihan untuk belajar mengembangkan keterampilan menentukan prioritas karena itu akan memberikan dampak pada kualitas pengajaran dan pengelolaan tugas tambahan di masa mendatang. 

REFLEKSI 

Bagaimana berjalannya keputusan yang diambil? 

Pilihan yang diambil perlu terus direfleksikan untuk mengetahui keberhasilan dalam mencapai tujuan. Jika dibutuhkan, ulangi proses dari kerangka POOCH ini Kerangka kerja POOCH ini dapat efektif jika dikerjakan dengan tenang dan jujur melihat situasi riil. Teknik STOP yang selama ini telah dipraktikkan Bapak Eling, dapat membantunya bersikap tenang dan rileks saat mengevaluasi situasi dan mengerjakan proses pengambilan keputusan dengan kerangka POOCH. Selain mampu membuat pilihan keputusan, seseorang yang memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab akan dapat menyikapi konsekuensi atas keputusan tersebut dengan baik, termasuk jika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Dalam contoh kasus Bapak Eling di atas, belum tentu keputusan yang diambil efektif mengatasi masalah. Bisa jadi, masalah utamanya belum betul-betul terungkap. Butuh kejujuran dan keterbukaan dalam mengevaluasi permasalahan. Untuk itu, butuh terus melatih kesadaran penuh, agar semakin terbuka dengan masalah yang sesungguhnya. Tautan tentang kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab


https://www.youtube.com/watch?v=yWSSPnTB6OY&t= 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keterampilan Berelasi – Kerja Sama dan Resolusi Konflik

Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik